Eudaimonia. Itu istilah yang saya dapatkan dari buku Elizabeth Gilbert berjudul, Big Magic yang saya baca akhir tahun 2022. Saya baca buku itu berkali-kali. Buku yang menginspirasi saya membangun Incentric. Buku Big Magic bercerita tentang bagaimana kita menemukan magic-magic moment dalam kehidupan kita.
Satu hari saya membaca buku itu di perjalanan kereta antara Bandung dan Mojokerto. Hamparan sawah dan bukit yang indah, disertai suara bising roda rel kereta api yang berpacu membawakan melodi tersendiri. Saya terperangkap pada satu sebuah topik yang entah kenapa saya baca berulang-ulang kali bagian itu.
Eudaimonia.
Saya telpon Wahyu, salah satu Nakama di gerbong lain untuk datang ke resto kereta. Dengan wajah yang berbinar-binar saya ceritakan materi dan istilah di buku tersebut. Saya sudah googling kesana kemari tentang istilah tersebut. Saya excited sekali membahasnya.
Oiya! Nakama itu sebutan semua orang yang tergabung di Incentric. Orang lain mungkin menyebutnya pegawai, karyawan, team, tapi di Incentric, kami memanggilnya Nakama. Panjang ceritanya, penggemar One Piece pasti tahu.
Wahyu, Nakama yang selalu menjadi pendengar yang baik. Entah untuk kali ke berapa dia menjadi “korban” keegoisanku tentang ilmu. Di Incentric, dia adalah penerjemah ide-ide dan gagasan liar yang sering saya dapatkan.
“Materi ini sangat berhubungan banget njenengan Mas. Saya membayangkan.” Berjam-jam kami berdiskusi tentang materi tersebut.
Keesokan hari semua Nakama berkumpul, saya kembali menceritakan diskusi kami di kereta.
“Sini mas aku pinjam bukunya, aku pelajari malam ini.” begitu kata Mas Yana.
Besoknya, dengan penuh semangat mas Yana mengatakan, “Mas, hampir semalaman aku ulak alik materi dan istilah tersebut. Konsep ini yang sebenarnya kami lakukan dulu di Ritz Carlton. Ini benar-benar nyata.”
Karena menemukan sesuatu yang menarik selanjutnya dengan penuh kebahagiaan mas Yana mengatakan. “Mas, aku punya ide. Aku buat penjabaran dan pendetailan konsep ini menjadi modul baru bernama X. Ini menarik sekali.”
Di Incentric, belajar hal-hal baru adalah budaya. Melakukan improvement, evaluasi, dan inovasi pengembangan materi jadi kebahagian tersendiri.
Setelah mendengar “konsep baru” yang mas Yana rumuskan itu, jujur saja, awalnya saya kurang tertarik. Tapi saya mengaktifkan critical listening, dengan meng-googling konsep tadi dengan sebuah kata kunci “X” yang mas Yana sampaikan.
Muncul di halaman pertama google konsep “X” tersebut, dan apa yang mas Yana rumuskan, ternyata sudah dirumuskan dan di detailkan oleh salah satu perusahaan di luar negeri yang dari dulu kami Benchmarking.
Kami kaget tapi kemudian tertawa terbahak-bahak.
Boleh dikatakan konsepnya sama persis, sebuah kebetulan. Dan ini bukan untuk pertama kali.
Perjalanan “ideas” ketika dia datang menghampiri saya di kereta melalui buku yang saya baca. Kemudian diskusi saya dengan team saya di kereta. Proses saya menyampaikan “ideas” itu ke Wahyu terus Mas Yana yang semalaman ngulik “ideas” tersebut. Dan ternyata sudah “dipakai” oleh perusahaan lain. Itu yang dinamakan Gilbert sebagai Big Magic.
Dan proses Big Magic itu tidak akan terjadi jika saya tidak “mendengarkan” Gilbert melalui bukunya.