Dulu saya berpikir “bodo amat” tentang penilaian orang. Benar bahwa kita tidak bisa membuat semua orang senang dengan kita. Kita tutup telinga dengan opini orang lain. Mereka hanya orang-orang yang tidak menyukai progres dan kita bertumbuh. Mereka hanyalah orang-orang yang iri dan dengki.
Dulu saya berpikir begitu, sampai titik dimana saya sadar bahwa saya melewatkan satu tahapan penting sebelum bersikap “bodo amat”.
Tahapan itu bernama empathy dan mendengar feedback; “External self awarness.”
Sikap bodo amat tidak bisa dilakukan secara begitu saja. Karena jangan-jangan orang menjauh dan membenci karena sikap kita yang memuakkan. Sombong, angkuh, dan bebal. Ini bukan berarti saya juga harus di sukai oleh semua orang, ini perihal bagaimana kita tidak menyakiti orang lain dengan sikap kita, itu dua hal yang berbeda.
Kita perlu melakukan, external self awareness. Dan untuk melakukan itu, diperlukan kerendahan hati. Orang tidak bisa mendengar feedback jika selalu merasa benar.
Jika kita terlalu di atas, orang lain akan berteriak agar suaranya terdengar oleh kita. Begitu juga kalau kita terlalu di bawah orang akan tetap berteriak atau tepatnya meneriaki.
Dan feedback akan berhasil jika dilakukan dalam kesetaraan. Itulah hakikat komunikasi, tidak ada yang merasa direndahkan atau merasa tinggi diri.
Setelah mendengar feedback, berusaha introspeksi diri dan terus berbenah, barulah setelah itu kita bisa yakin bahwa memang diperlukan sikap “bodo amat” terhadap opini orang lain, yang tidak terlalu peduli sama hidup kita.
Kita harus peduli dengan opini orang terdekat kita, keluarga kita, teman-teman yang memang benar benar peduli. Selebihnya kita bisa bodo amat.
Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik.