Ambisius itu adalah karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang sales. Orang sales memang harus punya daya ngotot. Jangan tempatkan orang yang tidak ambisius di divisi sales.
Begitu, kata sahabat saya. Saya juga mengamini pendapat ini. Tentunya ada karakter lain yang harus dimiliki seperti integritas, pembelajar, dan karakter-karakter yang lainnya.
Tapi tetap karakter ambisius ini wajib ada.
Karakter ambisius ini ibarat api. Ketika tidak dikontrol maka bisa membakar dan menghanguskan. Ketika bisa dikontrol akan mematangkan dan menghidupkan.
Orang yang ambisius itu cenderung egois dan selfish. Pada dasarnya tidak mau mengalah. Bahkan ketika di dalam team, orang seperti ini sangat menyebalkan bagi teman-temannya.
Tapi ya gitu, orang seperti ini biasanya berprestasi. Orang seperti ini ibarat super star dengan segala gemerlap dan kesombongannya. Saya secara pribadi memiliki karakter ambisius seperti ini. Sangat selfish-egois bahkan bebal. Sangat sulit menerima nasehat. Sangat sulit mendengarkan feedback.
2 tahun terakhir ini saya coba melakukan breaktime dan coba berbagai macam terapi. Terapi yang mengubah kehidupan saya selama ini. Terapi yang insya Allah akan saya jalani sampai menutup usia nanti.
Terapi pertama bagi orang yang terjangkit ambisius akut seperti ini adalah menekan ego dan belajar mendengar. Belajar mendengar feedback, belajar mendengar “voice” terdalam dari setiap ucapan orang lain.
Terapi selanjutnya adalah belajar membangun empathy. Ini juga sangat sangat sangat berat. Memposisikan diri kita di posisi orang lain serta menekan dorongan-dorongan mematahkan pendapat, berargumentasi..
Terapi selanjutnya menemukan guru yang benar-benar rendah hati. Guru yang akan mewarnai kehidupannya dengan spiritualitas. Guru yang mencontohkan keteladanan-keteladanan dan kebijaksanaan. Keteladanan dalam sabar, menghormati orang lain, respect, peduli, dan sebagainya.
Terapi yang selanjutnya adalah usia. Mau tidak mau ini realitasnya. Semakin tua, harusnya kita semakin bijak. Semakin bisa menahan diri. Semakin bisa sabar. Semakin tidak reaktif. Semakin bisa bekerjasama dengan orang lain.
Terapi ini bukan untuk mematikan ambisi. Terapi ini justru akan membantu dirinya mencapai ambisi-ambisi yang dia cita-citakan. Mencapai ambisi dengan api yang mematangkan. Mencapai ambisi dengan semangat yang menghidupkan.