Kali ini saya ingin anda mempraktekkan sesuatu. Ini serius, saya ingin anda melakukan ini, dan saya ingin dapat konfirmasi dari anda. Apakah ini benar-benar terjadi?
Coba letakkan jari telunjuk anda di lubang hidung secara horizontal hingga anda bisa merasakan hembusan nafas anda sendiri.
Pastikan anda merasakan hembusan nafas itu. Nafas yang teratur sebagaimana adanya. Tidak perlu dibuat-buat, natural. Alami saja. Sudah.
Baik, sekarang jawab pertanyaan saya, besok, saya mau ajak anda jalan-jalan, kira-kira anda mau pergi ke mana?
Coba rasakan hembusan nafas di jari-jari anda. Apakah anda merasakan sesuatu yang berbeda? Sadar atau tidak disadari, ketika anda berfikir maka nafas anda berhenti sejenak mengikuti pikiran anda ketika berpikir.
Artinya ketika anda berpikir suplai oksigen anda itu tidak beraturan. Ada jeda. Mengikuti arus pikiran kita. Hal itu tidak kita sadari, karena kita fokus berpikir. Ada jeda panjang nafas kita ketika berpikir. Oleh karena itu terkadang kalau kita melihat orang terdesak nafas mereka tersedak, hal itu dikarenakan otak kita memikirkan banyak hal pada satu waktu.
Beda kalau kondisi kita sedang senang, sedang tenang. Kita bisa mengatur nafas bahkan kita bisa menyadari satu tarikan nafas ke tarikan lainnya.
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang customer experience, saya bertemu banyak bisnis owner dari pelbagai macam industri yang berbeda. Dengan problem yang berbeda pula. Tapi ada satu silver lining yang menghubungkan, bisnis owner itu kerjaannya berpikir. Mau makan, berfikir. Mau tidur berfikir. Pas kerja sudah jelas berpikir bahkan sedang liburan sekalipun, terkadang mereka berpikir.
Yang mereka pikirkan, adalah bisnisnya. Karena tidak sedikit yang menggantungkan pendapatannya pada bisnis yang ia jalankan. Jika meleset membuat perhitungan bisnis tidak bertahan lama, merugi begitu juga karyawan yang bekerja.
Maka dari itu, mengapa berulang-ulang kali saya mengatakan bisnis owner harus breaktime. Anda harus mengatur pola hidup bahwa dengan breaktime. Namun, yang harus di garis bawahi, breaktime itu bukan cuma liburan ke pantai atau ke gunung. Setiap jeda waktu kita bisa melakukan breaktime.
Kita berhenti berpikir. Fokus hanya bernafas. Itu breaktime.
Anda bisa melakukannya dengan ibadah seperti sholat. Anda bisa datang ke majelis ilmu. Anda bisa berolahraga. Anda bisa berjalan kaki. Anda bisa berenang. Bahkan anda bisa “bengong” saja gak ngapa-ngapain.
Semua itu bentuk-bentuk pilihan breaktime yang bisa kita lakukan. Sayangi tubuh kita. Sayangi otak dan hati kita. Sayangi kehidupan kita.