“Breaktime” yang Mengubah Hidup Saya.

Oleh : Mas Wall
Founder bebiCare


Sebenarnya saya kurang tertarik buat mengikuti acara workshop Breaktime, 14 -15 Des 2024. Karena yang ada dalam pikiran saya breaktime itu ya, jeda sejenak. Terus apalagi? Kayaknya gak ada yang perlu dipelajari. Paling gitu-gitu saja.

Tapi saya tetap daftar karena terpacu oleh personal branding Coach Arisdiansah yang ilmu dan pengalaman bisnis, kehidupan, dan spiritualnya yang luar biasa. Selain itu, saya ingin banget belajar ama Ibu Mulyani, bagaimana beliau menahkodai DEA Bakery, ilmu dan modeling apa yang beliau pakai. Bikin penasaran banget.

Saya pernah bertemu singkat 1-2 tahun yang lalu saat saya bersilaturahmi ke rumah beliau. Dari pertemuan yang singkat itu ternyata membenamkan motivasi yang dalam untuk belajar lebih pada beliau.

Dan alhamdulillah. Saya banyak belajar di Workhsop Breaktime. Ternyata, breaktime, gak gitu-gitu aja.  Banyak pencerahan yang saya dapatkan.

Pertama, tentang Intention. Sebenarnya perkara Intention ini, bukan hal yang baru. Sudah sering kita dengar di kajian-kajian ilmu, yang berakar pada hadits Nabi.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Niat, yang pada framework Breaktime disebut Intention, menggerakkan kita melakukan Input Fisik (Body), Pikiran (Mind), Jiwa (Soul). Niat baik seyogyanya harus selaras dengan apa yang kita kerjakan dan tentunya harusnya memberikan impact yang Positif dan Bermanfaat, sebagai Output.

Dari Output itu maka muncul Outcome. Nah Outcome ini pada framework breaktime disebut Magic. Kalau dalam bahasa Al Qur’an-nya, Min Haitsu Laa Yahtasib. Dan framework Inilah yang sudah dijalani dan dirasakan hasil nyatanya oleh Ibu Mulyani dengan Dea Bakery-nya, sehingga beliau punya puluhan Gerai dan punya Training Center (Spiritual Camp) plus Masjid sebagai tempat membina para karyawan.

Sekali lagi, saya bilang sebenarnya untuk perkara “niat baik” ini sudah lazim kita dengar. Namun disini Master Coach Arisdiansah “menyederhanakan”, walaupun bahasanya tidak sederhna-sederhana banget, karena banyak Bahasa inggrisnya (hehe) tapi maksudnya, konsep “niat baik” tidak menjadi klise, lebih segar, baru dan relate dengan kehidupan sehari-hari.

Secara alamiah, sebenarnya saya pernah melakukan “breaktime” saat saya mengalami kegagalan di bisnis, tidak cuma 1 melainkan pada  8 kali bidang bisnis yang berbeda.

Setelah gagal bisnis, saya kembali bekerja, tidak terasa juga saya keluar masuk sampai 6 sampai 7 perusahaan yang berbeda.

Pada tahun 2010 saya berdamai dengan diri, “Mungkin Allah tidak mentaqdirkan saya menjadi pebisnis.” Karena ternyata saya lebih sukses menjadi karyawan, alhamdulilah, menempati posisi strategis, pendapatan cukup, mobil ada. Dan akhirnya saya faham, ukuran sukses itu bukan hanya menjadi pengusaha. 

Dengan pemahaman itu, saya sudah “menaruh” (Break) keinginan jadi pebisnis. Dan ternyata selepas “memutus” hal itu, saya mendapatkan sebuah “magic” yang baru. Mentorship. Jadi mentor perusahaan. Dengan mekanisme, 1 perusahaan selepas selesai maka dilanjut dengan perusahaan lain.

Qodarullah, pada Januari 2013, Allah memberikan hadiah, saya pribadi menganggapnya sebagai Amanah, sebuah bisnis baru Bubur Bayi Organik. Awalnya, untuk pemakaian sendiri, Ragil, anak saya yang baru 8 bulan.

Dengan framework breaktime ini saya jadi bisa memahami kemenangan Al Fatih (Sultan Mehmed 2) bagaimana Al Fatih menyiapkan kapal perang yang jumlahnya ratusan, meriam jumlahnya puluhan, pasukan ratusan ribu dan mempunyai pasukan khusus (insikiriyah) yang sudah dilatih sejak kecil.

“Breaktime” beliau saat ahad malam, memindahkan sekitar 70 kapal perang melalui Bukit Galata karena sebelumnya kapal tidak bisa mendekat benteng Konstatinopel, terkena rantai yang cukup besar. Dan di hari Senin semua pasukan suruh beristirahat (tidak ada penyerangan) mereka semua diminta puasa Sunnah, dan malamnya (selasa dinihari) menjalankan sholat lail, setelah melakukan sholat lail, Al Fatih baru  menginstruksikan untuk melakukan penyerbuan. Pada hari Selasa, 29 Mei 1453 Konstatiopel takluk dan dikuasai oleh Al Fatih.

Namun tentu saja, semua itu tidak bisa terjadi tanpa persiapan tauhid & spiritualnya yang luar biasa dan tentu saja skill dan professionalisme untuk mencapat target. 

Jadi, saat badan kita capek lelah mungkin dengan tidur, relaksasi, pijat refleksi sudah bisa fit kembali, namun saat fikiran dan jiwa kita yang lelah. Tidak hanya itu obatnya.  Pikiran kita bisa break dengan tidak memikirkan apa-apa dengan yoga, meditasi, bisa melihat alam secara langsung, mendengarkan suara aliran sungai, air terjun dan suara binatang.

Namun untuk break jiwa harus dengan pendekatan dengan Tuhan (Allah SWT) sebagai Muslim kita diajarkan sholat, berdzikir.

Seperti perkataan Rosulullah kepada Bilal untuk mengumandangkan Adzan “Yaa Bilal, arihna bissholat.” (HR. Muslim)

Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan sholat. Dengan berdzikir kita benar-benar break dengan tenang, nyaman, tentram seperti yang difirmankan Allah, “Orang-orang yang beriman & hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah hanya mengingat Allah hati menjadi tenteram.” QS. Ar Ra’du: 28

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *