“Kenapa seseorang sulit mendengarkan orang lain dengan baik?” Menurut William Ury, seorang Possibilist, ahli negosiasi dan meditasi, “Karena terlalu banyak informasi di kepalanya, kepalanya terlalu bising, dan banyak distraksi sehingga tidak ada lagi ruang kosong untuk mendengarkan.”
Yang dimaksud dengan “ruang kosong” tidak sama dengan konsep “gelas kosong” seperti yang selalu disampaikan oleh pembicara di seminar atau workshop. Tetapi ini tentang aktivitas “mengosongkan ruang” dari informasi “sampah” agar otak kita bisa menerima informasi yang bergizi.
Saya punya cerita.
Suatu hari saya membuat sebuah experiment kepada diri sendiri bahwa hari itu saya akan mengurangi interaksi saya dengan HP, dan saya menambahnya dengan beberapa waktu tidur.
Kebetulan saya sedang di perjalanan kereta selama 12 jam, dan sangat memungkinkan untuk saya melakukan percobaan itu. Jadi saya membaca, lalu tidur, lalu membaca lagi. Saya bertekad mempelajari yang selama ini sulit saya pelajari. Lalu saya memulai mempelajarinya dengan “mengosongkan” atau lebih tepatnya meminimalisir informasi lain dan hanya fokus kepada apa yang saya pelajari.
Hasilnya luar biasa sekali. Sesuatu yang awalnya dirasa begitu sulit dan berat saya pelajari menjadi begitu mudah. Karena ada “ruang” di kepala saya untuk mencerna materi tersebut. Jadi ibarat gelas, otak kita punya kapasitas tertentu. Misalnya kapasitas otak harian kita itu 1 liter/hari, maka ketika otak itu sudah terisi 1 liter maka akan sulit menerima air lagi.
Atau ibarat memori HP, ketika sudah penuh maka akan sulit digunakan untuk menyimpan foto atau video. Kita perlu mengurangi kapasitasnya.
Masalahnya ternyata pencuri kapasitas otak kita itu adalah informasi-informasi yang tidak berguna. Seperti ketika kita kebanyakan scroll di medsos atau main game online. Semakin banyak informasi tidak penting maka kapasitas untuk informasi penting menjadi berkurang.
Kembali ke pertanyaan di awal, mengapa banyak orang sulit mendengar yang bisa berakibat terjadi konflik? Ya karena kebanyakan informasi tidak penting.
Itu yang membuat hubungan anak dan orang tua misalnya menjadi renggang, itu yang membuat koneksi mereka menjadi buruk, karena masing-masing terlalu banyak punya informasi.
Ini juga menjadi penjelasan kenapa kalau pada pagi hari otak kita lebih fresh untuk mendengarkan orang lain atau untuk belajar sesuatu. Karena memorinya masih kosong.
Jika kita mengalami keadaan seperti itu maka otak kita perlu breaktime. Breaktime-kan otak anda dari informasi-informasi yang tidak ada kaitannya dan relevansinya dengan kehidupan anda.
Gosip, pertikaian, berita buruk, atau konflik di medsos. Skip. Lewati Saja. Sayangi otak anda. Sayangi hubungan anda dengan sesama manusia.
Memulai hal sederhana untuk berani “menutup telinga dan mata” kita dari informasi-informasi yang tidak berguna bagi anda. Sayangi kehidupan. Jauhkan dari sampah-sampah informasi yang tidak berguna, karena bisa jadi hal itu alasan yang membuat hidup tidak bahagia.