Humoralisme 

“Ris, humor atau serius itu sebenarnya tentang energi.” Teman sewaktu kuliah saya ini memberi petuah sambil sarapan. Kening saya berkerut, masih bingung dengan ucapannya. Lantas saya minta penjelasan lebih lanjut. 

Sahabat saya sejak jaman kuliah ini memang aneh, kalau ngobrol senangnya bahas sesuatu yang filosofis. Pikirannya liar dan kadang-kadang aneh.  

“Jadi begini.” Katanya. “Semakin obrolan itu santai dan rileks semakin obrolan itu menjadi humor. Tapi sebaliknya, semakin besar energi yang dikeluarkan, maka akan semakin serius.”

Saya kira ucapan sahabat saya itu bukan ada benarnya, tapi memang benar adanya. Saya percaya hal itu, semua yang hidup memancarkan energi, apalagi manusia dengan komunikasinya sudah barang tentu ada energi yang dipancarkan. Beberapa orang menyebutnya vibrasi atau frekuensi. 

Oleh karena misalnya ketika anda pulang ke rumah bertemu anak istri, situasi anda tenang, nyaman dan bahagia. Tapi beda misalnya ketika anda pergi bekerja, masuk ke kantor. Energi anda siap berperang, bekerja.

Begitu pula ketika kita ngobrol dengan seseorang yang memiliki sense of humor dan orang yang tidak. Secara obrolan, berbicara dengan orang yang memiliki sense of humor akan lebih rileks. Saya hanya membalikan logika sahabat saya itu, kalau sahabat saya bilang, ketika obrolan semakin rileks maka obrolan semakin menjadi humor, maksudnya banyak guyonannya. 

Nah bagaimana menciptakan obrolan yang rileks? Dengan cara mengembangkan sense of humor. Di lain kesempatan ada teman saya bilang bahwa, dalam arti kuno “humour‟ adalah salah satu cairan dalam tubuh yang dianggap menentukan kesehatan dan karakter. 

Saya ketawa mendengarnya. Tapi teman saya itu serius. Jadi, ada satu aliran namanya humoralisme atau humorisme sebuah sistem kedokteran yang menjelaskan susunan dan cara kerja tubuh manusia. Sistem ini dicetuskan oleh Hipokrates (sekitar 460 SM – 370 SM). Inti dari pandangan Hipokrates adalah bahwa manusia terdiri dari jiwa dan tubuh dan bahwa penyakit bukan disebabkan oleh ketidaksenangan para dewa melainkan karena ketidakseimbangan cairan dalam tubuh (dalam bahasa latin humor berarti cairan). 

Diasumsikan bahwa kelebihan atau kekurangan humor (bahasa latin, umor artinya cairan) berpengaruh secara langsung pada kesehatan dan temperamen seseorang. Sistem humoral ini sangat individualistis, masing-masing orang mempunyai komposisi humoral tersendiri yang unik.

Nah dari sistem humoralisme ini akhirnya kita mengenal empat kepribadian manusia, sanguinis, koleris, melankolis dan plegmatis. 

Lho? Ternyata humor itu mencengangkan.  

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *