Saya katakan kita perlu belajar humor. Tapi itu saya katakan untuk diri saya sendiri. Saya menemukan sebuah manfaat yang fundamental yang tidak bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari kecuali dengan humor.
Humor dapat mencegah kesombongan. Itu benar. Saya banyak bertemu orang-orang yang humble kebanyakan dari mereka punya selera humor yang menyenangkan. Sebaliknya mereka yang memiliki kecenderungan sombong bahkan sedang melucu sekalipun, akan terasa kesombongannya, memandang orang lain rendah.
Humblenya orang sombong akan menjadi humble bragging, rasanya kok ya masih agak, gimana gitu.
Anda akan merasakannya, ini masalah “frekuensi hati”. Mirip siaran radio, pada gelombang tertentu anda akan menangkap siaran tertentu ketika pindah, berpindah juga siarannya.
Situasi hati kita akan memancarkan sebuah gelombang yang termanifestasi melalui perkataan, gesture, raut wajah, tulisan. Orang bilang apa yang ditulis dari hati, akan sampai ke hati. Itu benar, saya mengakuinya. Karena dengan begitu, apa yang ditulis dari hati yang sombong kita juga akan merasakan kesombongannya. Itu sangat logis. Benar?
Oleh karena itu sangat wajar dan masuk akal jika kita bisa tahu dan bisa merasakan bahwa orang itu sedang menyombongkan diri, sekalipun orang itu berusaha menutupinya.
Kesombongan nampaknya tantangan bagi setiap manusia beriman. Terkadang perasaan itu datang menyelinap tanpa kita sadari. Ketika tahu, kita sudah melakukannya. Nah humor, bisa jadi penghalang agar frekuensi sombong tidak masuk ke dalam hati kita.
Karena yang saya pelajari ternyata, humor merupakan alat yang sangat efektif dalam mengatasi emosi-emosi yang berlebihan dan selalu berhasil untuk mengendalikan situasi.
Dengan humor kita jadi tidak takut untuk membicarakan rasa takut dan kekhawatiran yang berusaha kita sembunyikan mati-matian. Dengan humor juga akhirnya bendungan denial akan hancur. Kadang kita suka menyangkal, “Ah enggak kok.” Padahal dalam hati kita bilang iya, cuman ya karena gengsi. Nah, humor menghancurkan tembok gengsi itu.
Bukan saja mendobrak hal-hal itu tetapi juga membawanya pada level yang lebih ekstrim, yakni menertawakan dan meremehkannya. Humor menempatkan seseorang pada ruang yang terkendali, yang dikendalikan sebuah kesadaran (consciousness).
