Belajar Humor Malah Jadi Gak Lucu

Sudah lama saya belajar tentang humor tetapi sepertinya masih belum berhasil. Atau jangan-jangan, gagal karena saya belajarnya terlalu serius ya? Atau bagaimana sih?

Saya pikir sense of humor ini penting banget. Hidup kita bisa menjadi indah kalau kita memilikinya. Umpama ada orang yang tidak suka sama kita terus dia berkomentar pedas, ketika kita punya sense of humor kita bisa anggap komentarnya tadi bercanda saja.

Akhirnya ya jadi ga benci. Akhirnya mood menjadi bagus. Demikian juga ketika kita lagi berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Pemilihan kata dengan sense of humor ini membuat komunikasi menjadi “renyah”. Obrolan menjadi semakin menyenangkan. Ngalir dan berwarna. Unik. Intensinya jadi turun naik. 

Tapi, sense of humor ini harus berlaku universal, artinya semua orang bisa terhibur, bukan humor-humor “bohemian” yang “apartheid” sehingga hanya bikin orang-orang tertentu saja ketawa dan tahu. Apalagi setelah itu menertawakan orang-orang yang tidak tahu konteksnya. Saya pikir itu humor yang “jahat” dan “egois” banget. 

Mungkin saja memang ada beberapa tipikal humor dan nampaknya saya tidak terlalu suka dengan tipikal humor yang jahat dan egois. Raditya, Panji, Nopek salah satu yang jenis humornya masuk selera saya, semua kalangan tertawa termasuk saya yang orang awam bisa terhibur. Kecuali Indra Frimawan, jenis humornya kurang masuk dengan selera saya. Kadang saya mengernyitkan dahi, ini maksudnya apa sih?

Saya nonton stand up, saya baca beberapa buku tentang humor, bergaul sama praktisi humor konten kreator yang sering bikin konten lucu. Dengan harapan saya bisa juga lucu seperti mereka. Namun lucunya, ketika proses belajar itu, saya malah menemukan banyak insight tentang inovasi dan marketing, sense of humor nya. 

Bikin status lucu aja gak bisa. Apa memang saya ini gak lucu? Oh Tuhan, effort banget ya jadi lucu itu. Hiks

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *