Emang, Gimana Rasanya Tinggal Di Dalam Rahim?

“Emang ingat rasanya tinggal di rahim?” Begitu tanya sahabat ketika saya sampaikan bahwa tempat paling nyaman untuk breaktime itu adalah kamar saya di kampung.

“Seperti masuk ke dalam rahim. Nyaman, tenang, damai.” Kata saya. Emang benar juga sih, pertanyaan sahabat saya itu. Bagaimana rasanya tinggal di rahim ibu? Jawaban saya terlampau puitis dan tidak bisa dimengerti. Apa yang terjadi pada umur satu tahun saja saya tidak ingat, apalagi sebelum dilahirkan? Bagaimana mengingatnya.   

Entahlah perkataan itu meluncur begitu saja, mengingat 4 tahun terakhir ini saya lebih banyak menghabiskan tidur dari hotel ke hotel. Pada kali pertama mungkin kita akan merasa terpesona dengan pelbagai macam fasilitas di hotel. Namun lama kelamaan, saya merasa tetap begitu saja. Bukan sesuatu yang saya kangeni, lagi. 

Saya lebih ingin merasakan tidur di tempat tidur kecil dulu. Di ranjang itu saya bisa tidur dengan sangat-sangat nyaman. Orang Jawa bilang, “Mak lessss…” Langsung pulas.

Ternyata kemewahan tidak melulu membawa kebahagiaan, saya malah lebih bahagia dan tenang ketika tidur di rumah ibu saya, kasur yang keras, dari kapuk. Kasur itu sudah ada semenjak TK berarti sudah 40 tahun kasur itu. Namun kembali lagi, tidur disana saya menemukan ketenangan dan kedamaian tersendiri. 

Mungkin seperti itulah rasanya tinggal di rahim? Entahlah saya juga tidak tahu.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *